Siapakah yang belum pernah mendengar cerita fiksi yang
terkenal di seluruh dunia berjudul “Harry Potter”? Cerita yang dituliskan dalam
7 seri novel ini diangkat ke layar lebar dan mendapat sambutan yang luar biasa
dari seluruh dunia. Kesuksesan buku dan film nya membuat penulis maupun pemain
film “Harry Potter” dikenal oleh dunia. Namun siapa yang menyangka, Daniel
Radcliffe sebagai aktor utama pemeran “Harry Potter” rupanya mengalami
dyspraxia yang membawanya mengenal dunia akting.
Dunia sempat bertanya-tanya ketika Daniel Radcliffe memberi
pernyataan mengenai dirinya yang mengalami dyspraxia. Apakah itu suatu penyakit
yang berbahaya? Ataukah suatu kelainan yang perlu mendapat penanganan khusus?
Menurut Josette Protelli B.Sc, M.A, Developmental Verbal
Dyspraxia (DVD) merupakan kesulitan perencanaan pada kemampuan motorik
berbicara yang berkaitan pada prosedur berbicara. Namun kesulitan ini bukan
berarti gangguan pada otot dan kemampuan kognitif, meskipun berpengaruh pada
kemampuan berbicara dan berbahasa. Dsypraxia terjadi ketika otak mencoba
untuk memberi perintah terhadap otot untuk bergerak namun ternyata pesan
tersebut tidak tersampaikan dengan baik.
Dyspraxia seringkali tidak terlihat karena secara umum,
anak-anak yang mengalami dyspraxia menunjukkan tidak adanya perbedaan kondisi
terutama secara fisik. Penyebab dari dyspraxia secara umum diketahui karena
adanya pembentukan sel pada otak yang tidak sempurna selama di dalm kandungan
maupun otak yang kekurangan oksigen selama proses melahirkan. Menurut Weiss dan
Wilson (2004), dyspraxia merupakan hasil dari kurangnya perkembangan syaraf dan
disfungsi minimal otak.
Dyspraxia dapat mempengaruhi berbagai aspek pada kehidupan
anak termasuk kemampuan intelektual, emosi, fisik, bahasa, sosial, dan
perkembangan sensori yang dapat berdampak pada proses pembelajaran.
Selain itu, dyspraxia juga dapat berhubungan dengan kemampuan berbahasa,
persepsi, dan berfikir anak yang tidak sesuai dengan perkembangan yang
diharapkan pada anak-anak secara umum.
Akibatnya, adanya hambatan yang timbul dalam proses
pembentukan ide, dan gerakan motorik. Karena anak dengan dyspraxia memiliki
pemahaman yang kurang lama memahami suatu hal serta kesulitan dalam
menyampaikan suatu pesan menjadi tindakan. Ini berarti kegiatan fisik
seringkali sulit untuk dipelajari dan dipertahankan, serta seringkali
menyebabkan anak menjadi ragu-ragu dan canggung. Selanjutnya, anak dengan
dyspraxia cenderung kurang dalam koordinasi dan seringkali lupa pada
kegiatan sehari-hari, kehilangan pakaian mereka, dan berjuang untuk mengingat
hal yang mereka inginkan.
Di sekolah, anak dengan dyspraxia mungkin memiliki kesulitan
dengan matematika dan cerita tulisan. Mereka juga dapat menghindari permainan,
lambat dalam berganti pakaian, tidak mampu mengikat tali sepatu, menjadi kurang
terorganisir, atau memiliki rentang perhatian yang pendek. Mereka sering merasa
sulit untuk mengingat dan mengikuti instruksi, dan tulisan tangan yang
tidak rapi adalah salah satu gejala yang paling umum.
Dyspraxia seringkali disamakan dengan disleksia (misalnya,
kesulitan membaca, menulis dan ejaan) atau dyscalculia (misalnya, masalah
dengan matematika), dan kondisi lain yang mempengaruhi belajar, seperti
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (AD / HD). Kelemahan dalam pemahaman,
pengolahan informasi, dan mendengarkan dapat berkontribusi dalam masalah yang
dialami anak-anak dengan dyspraxia. Mereka juga mungkin memiliki rasa rendah
diri, depresi, dan masalah emosional dan perilaku lainnya.
Sekalipun ada banyak kesulitan yang dihadapi anak dyspraxia,
penting untuk diketahui bahwa anak-anak ini cenderung sangat mampu dan dapat
unggul dalam sekolah dan kehidupan sehari-hari jika diberikan dukungan dan
bimbingan yang tepat. Hal ini terlihat dari aktor Daniel Radcliffe yang
mengalami masa-masa sulit di dalam proses belajar di sekolahnya. Karena tidak
berhasil mengikuti proses pembelajaran di sekolah, maka sang ibu pun akhirnya
memutuskan untuk memasukkan Daniel ke sekolah seni agar ia memiliki percaya
diri yang lebih. Aktor kelahiran 23 Juli 1989 yang memulai karir aktingnya
lewat film David Copperfield (1999) ini bahkan memiliki cita-cita sebagai
seorang penulis karena kekagumannya pada cerita Harry Potter.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan serta dipersiapkan bagi
anak dengan dyspraxia antara lain sebagai berikut:
Hambatan Dyspraxia
|
Permasalahan di Sekolah
|
Solusi
|
Koordinasi tangan dan mata
|
Kesulitan menulis
|
-
Berlatih pengenalan huruf
-
Menggengan pensil dengan benar, menulis mengikuti garis
|
Koordinasi tangan dan mata
|
-
Kesulitan berganti pakaian
-
Menggunakan peralatan seperti gunting
|
-
Menggunakan pakaian yang mudah dilepas seperti akos dengan bahan Velcro
-
Membuatb tugas tidak menjadi kompleks agar siswa mudah memahami
|
Gerakan besar
|
-
Kesulitan berjalan mengikuti garis, melompat ke seseorang atau sesuatu
-
Kesulitan berlari, melompat, menendang,/menagkap bola
|
-
Berjalan di atas garis, berlatih lempar-tangkap menggunakan balon berisi air
|
Perhatian/ Konsentrasi
|
-
Bereaksi pada seluruh rangsangan tanpa diskriminasi
-
Lemahnya perhatian
-
Terganggu dalam lingkungan yang terbuka
-
Menggangu orang lain
|
-
Kegiatan yang memenuhi keinginan anak
-
Hindari anak menggangu yang lain ketika ada tugas
-
Jangan adanya hal-hal yang dapat menarik perhatiannya dari belajar seperti
lampu neon, wallpaper tembok,dl
-
Menunjukkan budaya “tidak-menggangu” untuk menunjukkan rasa hormat pada
setiap anak
|
Konseptualisasi
|
-
pemahaman kesulitan konsep-konsep seperti ‘di’, ‘di atas’, ' di depan'
|
-
Bermain pertanian / kebun binatang / games perjalanan dengan kartu perintah
seperti 'sapi di depan gudang' dengan gambar yang benar di belaakng kartu
|
Koordinasi pribadi
|
-
Tidak dapat mengkoordinasikan dengan baik
|
-
Menyediakan time table, buku harian, dan instruksi untuk kegiatan spesifik
dengan kartu bergambar
|
Komunikasi
|
-
Tidak dapat mengingat atau mengikuti instruksi
|
-
Dapatkan perhatian anak sebelum memberikan instruksi.
-
Gunakan bahasa sederhana seusi dengan visual yang diberikan.
-
Memberikan waktu untuk memproses informasi.
-
Gunakan kegiatan, demonstrasi dan gambar.
|
Berbicara, bahasa, dan komunikasi
|
-
Kesulitan dalam menjelaskan kebutuhan atau menjawab pertanyaan
-
Kesulitan dalam menceritakan kembali sebuah kejadian
|
-
Memberikan dukungan visual untuk membantu ingatan pengalaman pribadi
|
Kemampuan Sosial
|
-
Tidak adanya konsep kepemilikan pribadi
-
Kesulitan memiliki teman
-
Kesulitan bersikap
|
-
Bermain untuk mengembangkan pemahaman tentang konsep pribadi dan umum
-
Memiliki peraturan konsisten kelas secara eksplisit
-
Gunakan cerita sosial untuk menjelaskan aturan-aturan sosial
|
Kreatifitas/Imajinasi
|
-
Ketidakmatangan karya seni dan bercerita
-
Kesulitan dengan waktu ‘sebelum’, ‘setelah’, ‘akan datang’
|
-
Bermain peran dan drama untuk mengeksplorasi
-
Garis waktu (time line) dapat membantu memperbaiki peristiwa dalam pikiran
anak
-
Ajarkan dari 'berkonsetrasi' ke 'abstrak' dengan membuat konsep yang
relevan dengan pengalaman anak sendiri
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar